Mukaddimah Kitab Washaya wa Taujihat Fi Fiqhi at-Taabbud Li Rabbi al-Bariyyat
Bersama Pemateri :
Ustadz Anas Burhanuddin
Mukaddimah Kitab Washaya wa Taujihat Fi Fiqhi at-Ta’abbud Li Rabbi al-Bariyyat merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Anas Burhanuddin, M.A. dalam pembahasan Washaya wa Taujihat Fi Fiqhi at-Ta’abbud Li Rabbi al-Bariyyat. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 18 Dzulhijjah 1445 H / 25 Juni 2024 M.
Mukaddimah Kitab Washaya wa Taujihat Fi Fiqhi at-Ta’abbud Li Rabbi al-Bariyyat
Adapun Prof. Dr. Ibrahim bin ‘Amir Ar-Ruhaili adalah salah seorang guru besar di Universitas Islam Madinah pada masanya dan sekarang beliau sudah pensiun. Beliau juga pernah mengajar di Masjid Nabawi dan saat ini beliau juga mengampu beberapa kajian di Masjid Quba, serta di beberapa masjid di kota Madinah. Beliau juga memiliki perhatian yang besar terhadap dakwah di Indonesia dan sudah berkunjung berkali-kali, mungkin sudah belasan kali. Ini tentunya menunjukkan perhatian beliau kepada dakwah di negeri kita.
InsyaAllah kita akan mengambil faedah dari kitab yang telah beliau susun ini. Beliau telah membuat sebuah mukadimah pendek yang terdiri dari Basmalah. Bismillah, dengan nama Allah, di sini mengandung permintaan pertolongan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ini adalah isti’anah yang dilakukan oleh penulis dalam menulis kitab ini karena semuanya tidak bisa terjadi kecuali dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala dan penulisan kitab ini juga tidak akan selesai kalau tidak diberikan taufik oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Ini adalah sunnah yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, yaitu memulai dengan bismillah dan juga memuji Allah Subhanahu wa Ta’ala, kemudian juga tidak lupa shalawat dan salam kepada Rasulullah, keluarga beliau, para sahabat beliau, serta para pengikut beliau semuanya. Ini adalah doa untuk Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam agar terlimpahkan shalawat, demikian juga doa untuk para sahabat beliau, keluarga beliau, dan para pengikut beliau semuanya, para pengikut yang mengikuti petunjuk beliau. Maka kita juga turut didoakan bersama orang-orang yang shalih dan baik. Kita ucapkan aamiin, semoga Allah menjawab doa ini dan mengabulkannya sehingga kita semuanya juga terlimpahkan salawat dan kebaikan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Kemudian beliau menjelaskan latar belakang penulisan kitab ini. Beliau menyebutkan bahwasanya ini adalah wasiat-wasiat yang pendek tapi insyaAllah bermanfaat. Topiknya adalah seputar fikih beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang merupakan kewajiban kita semuanya, bahkan merupakan kewajiban utama seorang hamba dalam hidupnya di dunia. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Az-Zariyat[51]: 56)
Maka pembahasan adalah pembahasan yang sangat vital, sangat urgen, sangat penting karena ini terkait dengan tugas utama kita sebagai manusia, bagaimana kita beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan hal-hal apa saja yang harus kita perhatikan saat kita beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ini adalah topik utama dari kitab ini.
Dengan kitab ini, beliau ingin mengingatkan kita sebagai saudara Muslim tentang poin-poin ini, yakni wasiat-wasiat seputar fikih dalam beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kitab ini beliau tulis setelah beliau menyelesaikan ibadah pada bulan Ramadhan beberapa tahun yang lalu. Ketika beliau menyelesaikan ibadah bulan Ramadhan dan sepanjang bulan Ramadhan itu, beliau tadabbur dan merenung. Maka Allah bukakan untuk beliau beberapa hal yang pantas untuk diangkat, layak untuk disampaikan kepada umat Islam sebagai bentuk tadzkir dan nasihat. Beliau berharap semoga nasihat-nasihat dan wasiat-wasiat ini bermanfaat untuk beliau sendiri dan juga untuk kita semuanya yang membaca dan mempelajari kitab ini.
Allah Tidak Membutuhkan MakhlukNya
Pada poin wasiat yang pertama, beliau mengatakan, “Ketahuilah wahai hamba Allah, apa yang Allah ajarkan kepadamu, bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak membutuhkan makhluk-makhlukNya dalam segala urusan dan bahwasanya semua makhluk itulah yang butuh kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam segala sesuatu.”
Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak butuh kita sebagai makhluk-Nya. Sama sekali Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak membutuhkan kita dalam segala urusannya, dan sebaliknya, yang butuh adalah kita para makhluk-Nya, semuanya membutuhkan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita semuanya tidak bisa berlepas diri dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kebutuhan kita kepada Allah ini dalam segala sesuatu dan semua urusan kita.
Ini adalah yang dimaksudkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam firman-Nya di Surah Fathir ayat 15,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ ۖ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ
“Wahai sekalian manusia, kalian adalah orang-orang yang membutuhkan Allah, dan Allah adalah Dzat yang Maha Kaya dan Maha Terpuji.” (QS. Fathir[35]: 15)
Dalam ayat ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabarkan kepada kita bahwasanya kita adalah orang-orang yang sangat membutuhkan Allah Subhanahu wa Ta’ala, sementara Allah adalah Dzat yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji. Maka kewajiban kita sebagai seorang Muslim adalah mengimani kabar ini.
Kita ingat bahwasanya di antara konsekuensi syahadat Muhammad Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah mengimani kabar-kabar yang beliau sampaikan, baik hadits-hadits yang disampaikan oleh beliau kemudian sampai kepada kita dengan sanad yang shahih, maupun ayat-ayat Al-Qur’an yang semuanya shahih, bahkan semuanya mutawatir. Kita wajib untuk mengimani semua itu. Demikian juga ketika kita mendapati sebuah ayat Al-Qur’an atau sebuah hadits yang berisi tentang kabar, maka kewajiban seorang Muslim adalah segera mengimani dalam hati, sekedar dia mengimani dalam hati, mengatakan aku beriman bahwasanya aku adalah hamba yang sangat butuh kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, sedangkan Allah adalah Dzat yang Maha Kaya dan Maha Terpuji. Maka dengan begitu kita mendapatkan pahala yang besar di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ini karena amalan hati kita percaya dan beriman pada kandungan ayat ini. Jadi tanpa kita harus menggerakkan tangan, melangkahkan kaki, menggerakkan anggota tubuh kita dengan rukuk atau sujud, cukup dengan mengolah hati kita dengan amalan berupa iman dan tashdiq (membenarkan) kepada kabar yang dikandung oleh surah Fathir ayat 15 ini. Maka dengan begitu kita mendapatkan pahala yang besar di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Sebaliknya kalau kita tidak beriman, kita malah mendustakan atau menolak mengakui bahwasanya kita adalah orang-orang yang sangat butuh kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, kita merasa tidak butuh kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak mengimani fakta ini. Maka hanya dengan sekedar mengolah hati dengan dosa hati berupa pendustaan tidak percaya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak percaya kepada apa yang disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka ini membuat kita berdosa di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala juga.
Jadi, dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala menyampaikan dan mengabarkan kepada kita bahwasanya kita adalah hamba-hamba yang sangat butuh kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian dan simak kajian yang penuh manfaat ini.
Download mp3 Kajian Mukaddimah Kitab Washaya wa Taujihat Fi Fiqhi at-Ta’abbud Li Rabbi al-Bariyyat
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/54262-mukaddimah-kitab-washaya-wa-taujihat-fi-fiqhi-at-taabbud-li-rabbi-al-bariyyat/